Kamis, 09 Juli 2009

peralatan tempur

Peralatan-peralatan arung jeram

a. Riverboats (Perahu)

Peralatan utama dalam kegiatan arung jeram adalah Perahu. Terdapat berbagai merek, jenis, ukuran dan bahan. Semuanya didesain berdasakan karakteristik dari sungai tempat kegiatan arung jeram diadakan. Umumnya terbuat dari bahan Hypalon, PVC dan Polytex. Perahu yang anda gunakan dalam kegiatan arung jeram biasanya berukuran panjang 3,6 – 4,0 meter dengan lebar rata-rata mencapai 2,1 meter dan berat 40 – 60 kg.

Perahu tersebut dapat mengangkut pendayung 5 – 7 orang dengan 1 orang skipper.

Bagian-bagian yang terdapat pada perahu :
1. Bow and Stern
2. Tube atau biasa disebut Chamber
3. Floor
4. Thwart
5. Boat line
6. D Ring
7. Handling Grip
8. self bailing/Bilge Hole
9. Valve

Cara duduk di perahu Homing
Cara duduk di perahu yaitu dengan menyamping pada sisi perahu (baik sisi kiri maupun sisi kanan) dan kaki dalam posisi kuda-kuda pada lantai perahu. Posisi kuda-kuda ini dimaksudkan sebagai pengatur keseimbangan badan selama anda mengikuti pengarungan.
Saat duduk di perahu, perhatikan jangan sampai ada bagian tubuh anda yang terikat atau terlilit tali. Ini sangat berbahaya jika perahu terbalik. Posisi duduk anda pun harus mudah untuk menggapai boat line. Bila boat line pada perahu anda terlihat kendur, beritahukan segera pada skipper* anda untuk mengencangkan boat line tersebut agar tidak mengganggu selama pengarungan. Aturlah jarak duduk anda dengan pendayung yang lain agar tidak mengganggu pergerakan selama pengarungan, baik untuk mendayung

b. PFD (Personal Floating Device) / Pelampung
pelampung menjadi peralatan keselamatan utama dalam kegiatan arung jeram. Seperti perahu, pelampung memiliki berbagai jenis dan ukuran. Terbuat dari bahan polyfoam yang dibungkus dengan bahan kedap air yang berwarna terang. Pada kegiatan arung jeram yang menggunakan riverboats, PDF yang digunakan memiliki bantalan pada bagian belakang kepala, sedang PDF yang digunakan untuk kayak dan canoe tidak.
US Coastal Guard menganjurkan untuk menggunakan PFD type III pada setiap kegiatan arung jeram, dan ini telah menjadi standard yang digunakan oleh operator arung jeram dimanapun. Setiap PFD Type III ini memiliki daya apung tinggi, yang dihitung berdasarkan berat tubuh rata-rata saat berada didalam air sehingga anda tidak perlu takut tenggelam.

Cara pemakaian PFD/Pelampung

- Pilihlah PFD yang berwarna cerah

- pastikan tidak ada lubang atau jahitan yang terlepas pada PFD tersebut, serta

- strap yang ada dapat dipasang dan dilepas dengan mudah.

Note:

Bila bagian perut anda lebih besar dari bagian dada, pilih dan pakailah PFD dengan ukuran lebih besar.

- PFD atau pelampung dipakai seperti menggunakan rompi/jaket.

- Pastikan setaip strap terpasang dengan benar dan bantalan kepala berada di luar.

- Atur ke-eratan tali senyaman mungkin, sehingga PFD yang anda gunakan tidak terlalu sempit atau longgar.
Setelah anda selesai memakai PFD, lakukan gerakan berikut :
1. Pada posisi berdiri, putarkan badan anda kekiri dan kekanan. Pastikan PFD yang digunakan tidak menghambat gerak tubuh anda dan tidak mengalami pergeseran/perubahan posisi. Ini ditandai dengan letak strap tetap pada 1 garis tegak lurus seperti posisi kancing kemeja. Jika terjadi pegeseran, atur kembali ke-eratan tali pada setiap strap yang ada. Jangan malu dan ragu untuk minta teman anda membantu mengatur ke-eratan tali strap ini.
2. Pada posisi duduk dan kedua kaki diluruskan kedepan, putarkan badan anda kekiri dan kekanan lalu lakukan gerakan membungkuk. Pastikan PFD yang digunakan tidak menghambat gerak tubuh anda. Jika terjadi pegeseran, atur kembali ke-eratan setiap strap yang ada.
3. Masih dalam posisi duduk dan kedua kaki diluruskan kedepan, minta bantuan teman anda untuk menarik/mengangkat pelampung yang anda gunakan pada bagian bahu dari arah belakang. Pastikan saat pelampung dan tubuh anda ditarik/diangkat, posisi bahu pelampung tidak melebihi batas telinga anda. Jika ya, atur kembali ke-eratan setiap strap yang ada.

c. Paddle / Dayung
Setiap dayung terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. T grip atau Pegangan, berbentuk huruf T.
2. Gagang, terbuat dari bahan alumunium.
3. Blade/bilah, terbuat dari bahan plastik atau fiber yang dilapisi serat karbon yang ringan dan kuat. Namun ada pula yang terbuat dari bahan campuran plastik.
Ukuran panjang setiap dayung bervariasi yaitu 56″ – 60″ (142 cm – 152 cm) untuk dayung yang digunakan oleh pendayung dan panjang 60″ – 66″ (152 cm – 167 cm) untuk dayung Skipper. Namun umumnya dayung yang digunakan memiliki panjang rata-rata 155 cm.

Cara memegang dayung:

T-grip digenggam dengan 4 jari pada bagian T horisontal dari atas (dayung dalam posisi berdiri), sementara jari jempol menjepit bagian T horisontal dari bagian bawah. Cara memegang ini sama untuk tangan kiri (pendayung yang duduk pada bagian kanan perahu) maupun tangan kanan (pendayung yang duduk pada bagian kiri perahu).
Lengan yang lain menggenggam bagian gagang, berjarak lebih kurang 1 jengkal dari blade, jangan terlalu dekat/rendah ataupun terlalu jauh/tinggi.

Note: Prinsip dalam menggunakan dayung adalah tenaga disalurkan pada kedua lengan, dibantu dengan gerakan badan, disesuaikan dengan tenaga yang diperlukan untuk mengatur dan mengarahkan gerak dan laju perahu.

d. Helm
Sama dengan PFD, helm yang digunakan dalam kegiatan arung jeram biasanya berwarna terang dan mencolok. Terbuat dari bahan plastik atau fiber dengan bagian dalam terdapat busa.

Ada dua jenis helm yang digunakan, yaitu helm yang memiliki tutup telinga dan tanpa tutup telinga, namun keduanya sama-sama berfungsi untuk melindungi kepala dari berbagai benturan.

Cara memakai Helm

- Pilihlah helm yang akan anda gunakan sesuai dengan ukuran kepala anda. Pastikan tidak ada keretakan pada helm tersebut serta semua tali dan strap masih dalam kondisi yang baik.

- Pakai helm seperti pemakaian helm umumnya. Atur strap senyaman mungkin, jangan terlalu sempit atau terlalu longgar agar tidak mengganggu pandangan anda selama pengarungan. Sekali lagi, pastikan strap sudah terpasang dan pada posisi yang benar.

e. Alas kaki

Sebaiknya ketika melakukan pengarungan, alas kaki yang dipakai adalah sepatu atau sandal gunung. Hal ini dikarenakan pemakaian sepatu lebih aman (safety) ketika terjadi hal yang tidak diinginkan ketika berada di jeram, dan tidak mudah hilang karena terlepas dari kaki kita

f. Pompa

pompa selalu dibawa selama pengarungan, karena penting sekali. Kadang tidak terduga bisa dimana saja terjadi kebocoran pada perahu yang akan mengurangi volume udara di tabung. Perahu yang tidak sesuai (sedikit kempes atau terlalu kencang) akan mempengaruhi kenyamanan dan keamanan pengarungan. Ketika pompa dibawa selalu, pendayung dapat kapan saja mengencangkan atau mengendurkan tabung kketika dirasa tidak nyaman selama pengarungan.

g. Repair kit

Repair kit atau alat-alat perbaikan perahu, penting juga untuk dibawa. Ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti bocor, sobek dan memerlukan ditambal secepatnya, maka dibutuhkan alat-alat untuk memperbaiki secepatnya karena tidak dapat melanjutkan pengarungan sampai perahu dalam keadaan siap untuk mengarungi lagi. Ketika bocor atau sobek, perahu tidak layak untuk dipakai pengarungan.

h. Throw bag

Throw bag atau tali lempar adalah peralatan keselamatan standart yang dibawa oleh setiap team rescue dan juga skipper. Biasa juga disebut dengan rescue rope, terbuat dari bahan nylon yang kuat dengan diameter 3/45/8 inch dengan panjang tali bervariasi mulai dari 10 m, 18 m hingga 25 m. Digunakan ketika seseorang terlempar keluar dari perahu. Pemakaiannya dengan cara dilemparkan dari atas perahu atau tepian sungai ke arah pendayung yang jatuh dengan tetap memegang bagian ujung lainnya.

i. Dry bag

Sesuai dengan namanya, dry bag adalah tas yang kedap air. Tas ini dipakai untuk membawa barang-barang yang diperlukan selama pengarungan seperti logistik makanan, medis, pompa, repair kit dan lain-lain. Selengkapnya...

Rabu, 08 Juli 2009

selamatkan diri sendiri dulu

Dalam kegiatan arung jeram, keselamatan setiap pendayung adalah hal yang utama. Self rescue atau tindakan penyelamatan diri saat melakukan pengarungan. Walau pendayung akan senantiasa dibantu dengan pendayung lain di perahu tersebut, tetapi sebaiknya kita tetap bisa melakukan tindakan penyelamatan diri sebelum datang team rescue yang akan membantu.

Prinsip setiap tindakan penyelamatan dalam kegiatan arung jeram adalah menyelamatkan diri sendiri sebelum melakukan tindakan penyelamatan terhadap orang lain, dan si penyelamat harus benar-benar berada dalam kondisi yang aman ketika melakukan tindakan penyelamatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko lainnya dan kemungkinan bertambahnya korban.
Berikut dijelaskan hal apa saja yang harus anda lakukan dalam self rescue.

a. Dont be panic
Hal pertama yang harus kita lakukan jika terlempar keluar dari perahu adalah JANGAN PANIK or DONT be PANIC!!!
Mengapa jangan panik? Karena jika terjadi kepanikan, kita tidak akan tahu apa yang harus kita lakukan untuk tindakan self rescue. Hal ini malah akan menyusahkan diri kita sendiri
Setelah kita dapat mengatasi rasa panik, selanjutnya yang harus kita lakukan adalah melihat situasi disekeliling dan memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan.


b. Melakukan renang jeram

Renang jeram dilakukan ketika kita terlempar dari perahu tetapi masih berada di jeram. Posisi renang jeram, antara lain:

- Menghadap ke hilir (mengikuti arus)

- posisi terlentang dengan bersandar pada pelampung. Usahakan berat badan bukan terfokus di pantat, melainkan punggung. Karena pelampung berada dipunggung. Kalo berat badan berfokus di pantat, ntar pantatnya turun terus ga mau naik. Malah membahayakan pendayung tersebut

- Kaki dalam keadaan rapat dan selalu berada dipermukaan air untuk menghindari foot entrapment. Sementara tangan digunakan sebagai pengatur keseimbangan atau untuk menuju pinggiran sungai dan menghindari berbagai rintangan lainnya.

- Usahakan paddle dan alat-alat yang melekat ditubuh tidak terlepas dari. Karena alat ibarat nyawa kita ketika berada di lapangan.

- Oia, jangan terlena dengan renang jeram, ketika kita sudah berada di posisi aman (sudah masuk daerah flat –arus tenang-) kita harus cepat-cepat menggapai tepian. Jangan sampai kita terbawa ke jeram berikutnya. Bisa minum banyak air tuh..hehehe
Ketika sudah masuk arus tenang, kita boleh melakukan renang aktif untuk membantu sampai tepian dengan segera.

Selengkapnya...

Melihat sejarah

Arung Jeram memang bukan kegiatan baru. Sejarahnya hampir setua sejarah peradaban manusia. Sejak zaman dulu, nenek moyang kita sudah mengarungi sungai-sungai untuk mencari bahan makanan atau kepentingan bertahan hidup lainnya. Peralatan yang mereka gunakan tergolong sangat primitif. Biasanya benda-benda yang terdapat di sekitar mereka misalnya rakit atau perahu sederhana dengan melubangi batang pohon yang besar.

Suku primitf di Kanada dikenal sebagai pioner pembuat perahu. Kaum Indian Carib juga mengembangkan transportasi air ini dan menyebutnya Pirogue (Sering disebut Dug Out Canoe). Orang-orang Maoris dari Selandia Baru malah mengembangkan Dug Out Canoe yang besar untuk mengangkut pasukan tempur mereka. Sementara suku Kwakiuti Indian dari Vancouver, Kanada, mengukir perahu mereka untuk tujuan kebanggaan.

Perkembangan berikutnya dari Dug Out Canoe menjadi Bark Out Canoe. Jenis ini adalah perahu yang mulai menggunakan papan yang disusun merapat. Teknik pembuatan perahu ini kemudian menjadi akar perahu modern. Cara membuat perahu ini digagas oleh suku Indian Amerika Utara. Sementara kaum Eskimo menciptakan Skin Covered Craft, yaitu perahu yang dibungkus dengan kulit binatang agar tidak tembus air. Begitulah perahu ini kemudian berkembang menjadi alat transportasi penting.

Namun bagi beberapa gelintir penggila kegiatan air, perahu yang mulanya berbasis dari canoe-nya suku Indian kemudian diubah menjadi wahana mengarungi jeram-jeram ganas di sungai-sungai. Gagasan berarung jeram ini dimulai sejak akhir abad 19. Seorang pandu bernama John Macgregor mengembangkan kendaraan air ini untuk rekreasi dan olahraga.

Seiring kebutuhan akan medan jeram dan sungai yang punya karakteristik berbeda, perahu arung jeram kemudian berkembang dalam banyak jenis material: plastik, aluminium, fiberglass dan karet.

Setelah Perang Dunia II usai, perahu angkatan laut milik Amerika mulai digunakan untuk mengarungi sungai. Namun perahu ini didesain untuk menerjang ombak laut, bukanlah untuk di jeram. Arung jeram dilakukan dengan menggunakan perahu bulat yang disebut "Basket Boat" karena bentuknya mirip keranjang. Perahu ini selalu penuh dengan air bahkan hanya dengan melewati jeram kecil. Sampai saat ini perahu jenis ini masih digunakan pada sungai yang mudah.



Pada 1950,arung jeram semakin diminati. Mulailah perahu khusus arung jeram diproduksi dengan desain khusus untuk menempuh jeram-jeram dan dapat mengangkut orang dan perbekalan lebih banyak.

Sampai tahun 1980-an, para rafter terpaksa masih memakai perahu “baskom” yang mesti menimba air keluar dari perahu. Ini adalah ancaman nyata bagi rafter yang kehilangan timba airnya!

Lewat berbagai percobaan, pada 1983 perahu yang dapat mengeluarkan air sendiri -- Self Bailer-- berhasil diproduksi oleh Jim Cassady. Sebuah perahu yang lantainya diisi angin. Lantai yang berisi udara ini akan selalu mengapung di atas permukaan air sehingga dengan sendirinya air keluar lewat lubang di sekeliling lantai perahu.

Perkembangan di Indonesia
Sementara untuk Indonesia, di era 1980-an, para pioner rafter adalah Wanadri, Bandung, yang juga mendapat dukungan dari TNI AL. Klub-klub pencinta alam seperti Wanadri dan Mapala UI yang kemudian melakukan serangkaian kegiatan ekspedisi. Selain menggunakan perahu karet kegiatan ini juga sudah dikembangkan dengan menggunakan kayak dan canoe.

Melihat perkembangan yang sangat pesat dari kegiatan ini pada era 90-an, beberapa penggiat mulai membutuhkan suatu wadah komunikasi bagi para penggiat arung jeram di Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 1996, berdirilah Federasi arung jeram Indonesia (FAJI), yang dibidani oleh 30 klub arung jeram baik komersil maupun amatir. Ini adalah satu titik tolak perkembangan dunia arung jeram Indonesia .
http://www.harian-global.com


Selengkapnya...

sungai asyik buat arung jeram di indonesia

sungai-sungai yang biasa di arungi :

Ø Sungai Wampu. Terletak di antara dua Kabupaten di Sumatera Utara, Karo dan Langkat. Di kabupaten Karo, hulu sungai ini dikenal dengan nama Lau Biang. Sedang di Langkat dikenal dengan nama sungai Wampu. Airnya yang jernih dan cukup deras, mengalir langsung dari hutan-hutan lebat Taman Nasional Gunung Leuser. Rute utama untuk berarung jeram biasanya dimulai dari desa Kaperas di Marike sampai dengan jembatan Bahorok di Kab. Langkat. Jarak tempuh kurang lebih sepanjang 22 km, waktu tempuh normal 4-5 jam. Tingkat kesulitan antara kelas II - III. Jika ingin rute lebih panjang lagi pengarungan dapat dimulai dari desa Rih Tengah, kab. Karo. Hanya saja perjalanan menuju ke desa ini cukup sulit, disamping harus melewati jalan off road selama 3 jam, harus dilanjutkan pula dengan trekking selama 3 jam. Tetapi jangan khawatir karena anda akan disuguhi pemandangan yang indah di titik awal pengarungan.

Ø Sungai Alas. Sungai ini terletak di dalam TN Gunung Leuser dan mengalir ke arah Aceh Selatan. Sungai ini termasuk sungai yang selalu diimpikan untuk diarungi oleh setiap maniak arung jeram. Tingkat kesulitan jeram-jeramnya antara III s/d IV. Ada beberapa trip yang bisa dipilih. Untuk perjalanan satu hari pengarungan dapat dimulai dari Serkil ke Ketambe atau Natam dekat Kutacane. Jika memang tertarik untuk trip panjang, pangarungan dapat dimulai dari Ketambe ke Gelombang, Aceh Selatan. Jalur ini adalah jalur ekspedisi yang cukup menegangkan sekaligus mengasyikkan, karena melintas hutan tropis selama tiga hari penuh. Di titik-titik perhentian telah disediakan fasilitas pondok-pondok wisata yang dapat digunakan untuk bermalam.

Ø Sungai Tripa. Sungai ini juga terdapat di TN Gunung Leuser. Titik awal pengarungan dimulai dari desa Pasir dan berakhir di desa Tongra, Terangun Aceh Tenggara. Muara sungai Tripa berada di Aceh Barat dan mengalir ke Samudera Hindia. Untuk mencapai desa Pasir dapat melalui Blangkejeren melalui jalan-jalan berlumpur. Tingkat kesulitan berkisar III s/d IV.

Ø Sungai Asahan. Sungai ini mengalir dari mulut Danau Toba melewati Porsea Kab. Asahan dan berakhir di Teluk Nibung, Selat Malaka. Jeram sungai asahan terkenal liar dan deras. Topografi daerah ini bergelombang membuat jeram-jeram di sungai asahan ini menjadi sangat variatif, berombak tinggi, dan panjang. Titik awal dapat dimulai dari Sampuran Harimau yang terletak di desa Tangga di Kab. Asahan dan titik akhirnya di desa Bandar Pulau. Tingkat kesulitan jeramnya bervariasi antara III s/d V. Jeram terbesar dan terganas adalah rabbit hole yang mempunyai grade V.

Ø Sungai Batang Toru. Sungai Batang Toru terletak di wilayah Tapanuli Selatan berhulu di Danau Toba. Mengalir ke arah Barat daya dan bermuara di Samudera Hindia. Sungai ini dikenal juga dengan nama Aek Sigeon oleh orang-orang Tarutung sampai ke hulu, sedang orang di sekitar mura Batang Toru ini menyebutnya dengan nama Aek Sarula. Panjang sungai sekitar 125 km.

Ø Way Semangka. Sungai Semangka atau Way Semangka terletak di pingir perbatasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Lintasan yang asyik untuk diarungi adalah sepanjang 23 km dengan waktu tempuh antara 5 s/d 7 jam. Kelas jeram berkisar antara kelas II - III+. Pemandangan di sisi sungai sangat menarik terutama di separuh sungai bagian atas. Start dimulai dari desa Tugu Ratu dan finish di Dam Talang Asahan. Untuk mencapai tempat start di Tugu Ratu memakan waktu sekitar 5-6 jam dari Tanjung Karang. Kondisi jalan pada dari Raja Basa, Kota Agung sangat buruk (Mei 001), tetapi sangat cocok dan menantang untuk para penggemar offroad.

Ø Sungai Citarik. Sungai ini cukup terkenal di antara para penggemar pengarung jeram. Terdapat beberapa operator wisata arung jeram di sungai ini. Jeram-jeram di sungai Citarik mempunyai tingkat kesulitan III sampai IV. Kondisi airnya cukup jernih dan relatif stabil sepanjang tahun. Lintasan yang cukup asyik untuk diarungi sepanjang 17 km. Start dapat dimulai dari Parakan Telu desa Cigelong atau dari Pajagan, desa Cigelong. Sedang finish di desa Citangkolo, Cikidang atau di desa Cikadu, Pelabuhan Ratu. Total pengarungan sekitar 4 jam. Namun pada umumnya pengarungan dimulai dari Pajagan dan berakhir di desa Cikadu.

Ø Sungai Cicatih. Sungai Cicatih terletak di Kab. Sukabumi, sungai cukup lebar antara 25 s/d 100 meter. Entry point pertama adalah dari Dam PLTA Ubruk, sedang entry point ke dua dari desa Bojongkerta. Sedang finish di jembatan gantung Leuwilalai. Lama pengarungan sekitar 3 jam jika titik mulai dari DAM Ubruk, jika mulai dari Bojongkerta lama pengarungan sekitar 2 jam. Sungai Cicatih mempunyai jeram-jeram berkelas III s/d IV. Jeram terrbesar adalah jeram gigi yang mempunyai kelas IV. Saat debit air meningkat maka tingkat kesulitan akan naik. Pemandangan di sisi sungai sangat menarik.

Ø Sungai Cikandang. Air sungai Cikandang berasal dari Gunung Cikuray dan Papandayan, terletak di wilayah kabupaten Garut. Sungai ini masih sangat asri dan jauh dari polusi karena jauh dari daerah permukiman. Air sungai Cikandang relatif stabil baik dimusim kemarau ataupun musim hujan. Jeram-jeramnya sungguh menantang karena mempunyai kelas III sampai IV. Titik awal pengarungan dapat dimulai dari kampung Sindang Ratu, desa Cihideung dan berakhir di pesisir pantai selatan di desa Cijayana. Lama pengarungan sekitar 4 jam, jarak tempuh sekitar 15 km.

Ø Sungai Cikaso. Hulu sungai Cikaso berada di daerah pegunungan di Sukabumi utara. Sedang muara sungai ini berada di pantai selatan di daerah Kecamatan Surade, Sukabumi Selatan. Panjang sungai yang sudah diarungi baru sekitar 24 km. Sungai ini mempunyai daya tarik tersendiri, karena di sepanjang aliran sungai banyak ditemui air terjun yang meluncur dari tebing-tebing sungai yang ditumbuhi lumut-lumut hijau. Jeram-jeramnya sangat menantang, dari kelas III s/d kelas VI. Lebar sungai Cikaso bervariasi antara 50 sampai 100 meter. Di jeram Sarongge yang terletak di kampung Cimampar, Cangkuang aliran sungai menyempit di antara tebing-tebing terjal, bahkan di salah satu bagian aliran sungai tertutup runtuhan batu breksi, sehingga tak dapat diarungi. Entry point dimulai dari jembatan Bojong Kecamatan Kalibunder dan finish di jembatan Cikaso kecamatan Tegal Buleud.

Ø Sungai Palayangan. Air sungai Palayangan berasal dari Situ Cileunca yang terletak di Pangalengan, Kabupaten Bandung yang terkenal dengan kesejukannya. Sungai Palayangan mempunyai gradien tinggi sehingga arus sungai cukup kencang. Lebar sungai antara 5-10 meter dengan kelokkan tajam. Airnya dingin, jernih dan bersih. Kelas jeram berkisar antara III - IV. Panjang lintasan sungai yang dapat diarungi adalah 4 km. Jeram paling menarik dengan gradient tinggi adalah jeram Kecapi. Pemandangan sangat indah , sungai ini terletak di lembah di antara hutan pinus dan perkebunan teh.

Ø Sungai Cianten. Sungai ini terletak di Kabupaten Bogor. Hulu sungai berada dari hutan-hutan di kawasan Taman Nasional Halimun. Sungai Cianten merupakan anak sungai Cisadane. Aliran air sungai cukup stabil, karena di atas lokasi start Batu Beulah merupakan Dam yang berfungsi untuk PLTA. Kelas sungai berkisar antara II+ - III. Kelas kesulitan dapat meningkat saat tinggi muka air naik. Panjang sungai yang dapat diarungi saat tinggi muka air bagus sekitar 13 km sampai di titik pertemuan dengan sungai Cisadane. Pada umumnya start dimulai dari Batu Beulah dan berakhir di Jembatan Leuwiliang.

Ø Sungai Cisadane. Untuk para pengarung jeram pemula, sungai Cisadane merupakan pilihan yang tepat untuk berarung jeram. Letaknya tak jauh dari kota Bogor. Aliran air berasal dari dari kawasan hutan-hutan di Gunung Salak. Panjang sungai yang asyik dan biasa diarungi adalah sepanjang 9 km dengan tingkat kesulitan sungai II+ - III. Waktu tempuh sekitar 2 jam. Titik awal dimulai dari jembatan Ciampea dan berakhir di kampung Pasir, sekitar satu jam pengarungan dari titik pertemuan sungai Cianten - Cisadane.

Ø Sungai Brantas. Sungai Brantas cukup menarik untuk penggemar arung jeram. Jeram-jeramnya mempunyai kelas antara II - III. tetapi kalau air sungai sedang naik di beberapa jeram akan meningkat kesulitannya terutama di jeram yang dikenal dengan jeram Suud. Titik awal pengarungan biasanya dimulai dari Gang Sembilan Gadang sampai ke daerah Dam Blobo atau daerah Karang Duren, Malang. Pengarungan memakan waktu sekitar 3 jam.

Ø Sungai Progo. Hulu sungai Progo berada di lembah diantara dua gunung, Sindoro dan Sumbing. Mengalir ke arah selatan, membelah dua propinsi, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Arusnya cukup deras dan sangat fluktuatif terutama pada musim hujan. Pada kondisi normal jeram-jeram di sungai ini sungguh menantang dan mempunyai tingkat kesulitan antara kelas II s/d V. Entry point dapat dilakukan dari beberapa tempat. Titik pertama adalah dari Taman Kyai Langgeng di Kota Magelang, titik kedua Jembatan Tempuran Kabupaten Magelang, titik ke tiga jembatan Borobudur, Mendut, titik ke empat jembatan Klangon. Titik akhir biasanya sampai di Dam Ancol, Kabupaten Sleman. Jarak total etape Kyai Langgeng, Magelang ke Dam Ancol, Yogyakarta sekitar 40 km. Etape paling menantang adalah antara jembatan Klangon dan Dam Ancol dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Setiap pengarung jeram harus waspada dengan hujan yang cukup deras, karena ketinggian air dapat secara tiba-tiba naik dan mengakibatkan banjir bandang.

Ø Sungai Elo. Anak sungai Progo yang berhulu di lereng barat gunung Merbabu. Airnya lebih jernih dibanding sungai Progo. Jeramnya bervariasi antara tingkat kesulitan II - III. Pemandangan di sisi kanan kiri sungai masih asri dan menarik. Pengarungan dimulai dari Jembatan Blondo, Magelang, dan berakhir di Mendut, atau di sekitar titik pertemuan antara Progo dan Elo. Lama pengarungan sekitar 2,5 jam dan jarak tempuh 8 km.

Ø Sungai Serayu. Terletak di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Panjang sungai yang biasa diarungi lebih dari 16 km. Sungai Serayu sangat mudah dijangkau karena terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan kota Wonosobo dan Banjarnegara, sehingga start awal dapat dimulai dari beberapa titik antara lain adalah dari jembatan di desa Blimbing, dan desa Tunggoro (Kab. Wonosobo), serta desa Prigi (Kab.)Banjarnegara, sedang finish berada di desa Singomerto (Kab. Banjarnegara). Jeram jeram di sungai ini mempunyai kelas antara II sampai IV.Sumber: Mapala.net

“wah masih banyak banget sungai yang belum tak arungi...siapa yang mau ngajakk aku ngarung ke sungai sungai yang di atas...tak tunggu banged ajakannya..

Aku baru nyoba 3 sungai je,,elo, progo, pekalen..”



Selengkapnya...

karakteristik sungai

· Pembagian daerah aliran sungai:

1. Hulu

Ciri-ciri sungai yang berada di hulu yaitu, dangkal, banyak sekali batu-batu, sempit, dan kadang terdapat air terjun.

2. Peralihan

Ciri daerah peralihan adalah agak dalam, batu-batu yang berada di sengai tidak membahayakan, banyak jeram. Dengan ciri tersebut, daerah peralihan inilah yang cocok untuk melakukan pengarungan.

3. Hilir

Cirinya, kedalaman sungainya sangat dalam, lebar dan arusnya tenang.

· Istilah arus sungai:

1. Main stream

Adalah aliran utama sungai. Untuk mengenali main stream, lihat aliran arus yang paling deras. Main stream ini membantu mempercepat dan meringankan dayungan perahu. Mendayung di mainstream sangat ringan rasanya...

2. Jeram

Adalah bagian sungai yang mengalami percepatan arus dan mengalami pergolakan air yang tidak teratur

3. Tongue

Adalah percepatan arus sebelum memasuki jeram. Dinamakan tongue mungkin karena mirip ma llidah kali ye,,,lidah air jadinya.

4. Flat

Arus tenang, biasanya hadir setelah jeram. Biar seimbang, ada jeram ada flat. Dimana ada jeram setelahnya pasti ada flat. Believe me deh..

5. Standing wave

Sesuai namanya, perputaran arus ini membentuk gelombang tegak. Kalo melakukan pengarungan seru banged kalo bisa ngambil standing wave. Perahu naik turun itu seru banged..

6. Hole / gelombang balik

Hole atau gelombang balik adalah perputaran arus dari bawah ke atas,sehingga seolah-olah kembali ke hulu. Biasanya terbentuk karena batu.

7. Eddies

Membentuk seperti pusaran air. Tapi pusaran air ini tidak terlalu bahaya. Biasanya digunain ketika kita lelah atau ingin berusaha ke tepi.

8. Bends

Belokan di sungai dinamakan bends

9. Shallow

Pendangkalan pada tepi sungai. Ditandai dengan riam-riam kecil.pendangkalan ini bisa disebakan karena banyak hal.

10. Delta

Daratan di tengah sungai. Terkadang dapat membelah sungai menjadi 2.

11. Stopper

Batu yang berada di sungai, biasa kita sebut stopper.

12. Pillow

Batu yang tertutup air sungai. Biasanya terlihat sedikit ke permukaan. Pillow inilah yang biasa membuat entrap perahu

13. Entrap

Ketika perahu tidak bisa maju karena terhalang dengan adanya pillow dibawah perahu. Entrap menjadi berbahaya ketika berada di tengah jeram yang arusnya deras.

14. Stainer

Stainer adalah segala sesuatu yang menghambat pengarungan. Benda-benda yang biasa disebut stainer antara lain: sampah, batang pohon, kayu-kayu yang hanyut, ranting dan semacamnya.

15. Under cut

Cekungan di tepi sungai yang membentuk seperti gua di bawah sungai. Biasanya under cut ini ada di bends-bends. Terbentuk karena aliran air deras yang menabrak batuan tepi, karena bends. Selengkapnya...